Selasa, 25 Juni 2013

Resensi Novel "12 Menit" Dreaming is Believing

Judul : 12 Menit
Penulis : Oka Aurora
Penerbit : Noura Books
Tahun Terbit : Cetakan 1, Mei 2013
Jumlah Halaman : 343 halaman
ISBN : 978-602-7816-33-6
Peresensi : Nur Gusti Azizah

Hidup di pulau kecil tidak menjadikan diri seorang selalu merasa ‘kecil’, karena setiap manusia terlepas dari segala kekurangan, sekalipun berada di daerah terpencil, tetap memiliki hak yang sama dengan mereka yang tinggal di kota. Semua mempunyai hak untuk bemimpi, selama masih memiliki tekad dan keyakinan atas tujuannya.

Rene, sejak kecil mencintai dan memilih jalan hidupnya di dunia musik, besar dan tumbuh menimba ilmu gempita di fakultas Music Education and Human Learning, Amerika, menjadikan kepribadiannya begitu professional. Marching band anak-anak metropolitan, Ia bawa dalam piala tahunan GPMB (Grand Prix Marching Band) yang membanggakan. Kerja keras, berlatih terus menerus, higga mencapai satu titik pengabdian yang tak ternilai. Rene mendapat tawaran menjadi pelatih marching band di pelosok negeri. Tantangan baru bagi Rene, karena yang ia hadapi cukup membuatnya nyaris putus asa. Terbesit betapa minim fasilitas disana, betapa sulitnya mengajarkan anak-anak daerah untuk berlatih keras, namun menurut ibunya itulah kesempatan emas membuka pintu pintu kecil kesuksesan bagi anak-anak  disana. Maka, ia pun berani mengambil keputusan, menjadi pelatih marching band di PT Pupuk Kaltim, Bontang. Ternyata setelah sampai di Bontang dan melihat anak-anak disana, Rene jatuh hati, potensi mereka cukup besar, namun anak-anak ini memiliki problematika tersendiri.

“Kalau telingamu sudah tidak bisa dipakai, pakai matamu! Dan pakai hatimu!”.“Fokus Tara, six stroke roll” Rene berseru pada gadis berkerudung bernama Tara. Sudah hampir, satu tahun Tara statis di cadet band, tentu kesempatan emas baginya ternyata ia mampu masuk tim inti, sebenarnya kepiawaian Tara memadukan harmoni snare dan stick drum tidak diragukan lagi. Tara berbakat, disiplin, namun keterbatasan pendengarannya yang hanya menangkap gelombang suara tak lebih dari 10% membuatnya kesulitan menyeimbangkan irama sesuai instruksi. Alat bantu dengar tidak membantu lebih baik, terkadang malah mengganggu pendengarannya. Kecelakaan yang merenggut nyawa ayahnya serta merusak pendengarannya,  menjadi bayangan semu perasaan bersalah setiap ia ingin maju dan meraih mimpi. Disaat seperti itu, ibunya memilih mengambil beasiswa keluar negeri. Jadilah, ia menjadi sosok pendiam yang tinggal bersama sepasang tua Oma dan Opanya. Mampukah, Tara melawan dirinya untuk berani bermimpi?

Lain lagi dengan Elaine, Anak metropolitan kota yang menjejakkan kakinya di Bontang, karena ayahnya mendapat tugas disana. Elaine, gadis yang supel, meski terlihat ‘kota’, ia memiliki pribadi yang ramah, pintar dalam akademik, juga mahir memainkan biola, dan begitu mempesona menjadiField commander. Elaine piawai memainkan terompet, Cymbal, dan di sekolahnya dulu ia telah lama di posisi marimba dan quarto, namun sayang, ayahnya seorang Nippon pekerja keras, Josuke Higoshi melarang Elaine bermain Marching Band, karena khawatir nilai akademiknya menurun, meski segala syarat telat dipenuhi Elaine dengan kesungguhan, demi meluluhkan hati ayahnya, tetapi tidak mengubah sikap keras Josuke. Bagi Josuke, Marching band bukanlah mimpi masa depan yang kemilau.Ketika mimpi Elaine menjadi field commander telah di depan mata, ia dikagetkan dengan olimpiade fisika yang juga menjadi pilihannya. Ayahnya benar benar marah, karena saat itu tidak mengetahui, ternyata Elaine lebih memilih Marching Band, akhirnya Josuke mengurung Elaine untuk tidak meneruskan mimpinya itu. Mampukah Elaine meluluhkan hati ayahnya dan berani mempertaruhkan pilihannya sebagai Field Commander mengharumkan nama pulau kecil Bontang? Atau justru ia menuruti kehendak keras ayahnya?


Lahang memiliki janji sejati pada ayahnya akan selalu menjadi elang yang terbang dan  tidak pernah takut ketinggian. Pemuda pedalaman dengan pola pikir sederhana ini, ingin membuka mimpi-mimpinya bermula menjadi pemain Maching band. Baginya, dengan mengikuti GPMB merupakan tiket keluar melihat kota lain selain Bontang, dan mengunjungi monas adalah pintu membuka jalan sukses masa depannya. Ayahnya mengidap kanker otak, ayah satu-satunya yang ia miliki di dunia ini, pikirannya semakin berkecamuk saat ayahnya mengalami masa kritis. Dunia medis tak lagi menjadi pilihan kesembuhan, pengobatan tradisional dengan dibantu pemeliatn yang dipercaya mampu bernegosiasi dengan takdir menjadi harapan lahang untuk kesembuhan ayahnya. Namun, kondisi ayahnya semakin hari, semakin memburuk. Lahang harus diberatkan pada pilihan meninggalkan semua mimpinya itu demi menjaga ayahnya. Akankah pintu GPMB menjadi mimpi yang akan terwujud, terbang tinggi seperti elang? Mampukah Lahang membahagiakan ayahnya dengan kebanggaan terakhir saat ayahnya menutup mata untuk selamanya?

Rene hampir kehilangan Tara, Elaine, dan Lahang pada detak terakhir perjuangan yang dinanti. Namun, perjuangan belum usai, selama belum mencoba. Ternyata  akhir yang sempurna, Tara, Elaine, Lahang mewujudkan semua mimpinya, Vincero! Di Istora Senayan, barisan tertata rapi, 120 siswa terbaik Bontang menyeru dan ketiga pemimpi besar itu berada di tengah barisan tersebut. Mengerahkan semua asahan perjuangan keras selama latihan, melakukan segala yang terbaik. Dan membuktikan, Dreaming is Believing.

Di novel ini pembaca diajak memaknai hidup lebih dalam dari arti sebuah keyakinan dalam meraih mimpi. Merasakan getar semangat keberanian Rene, membawa Tara, Elaine, dan Lahang serta ratusan pemain Marching terbaik Bontang membuktikan 12 menit terbaiknya dari pelatihan panjang dua belas minggu penuh perjuangan. Menghabiskan ratusan jam, siang, dan malam demi sebuah keyakinan dan kemenangan.






Biodata peresensi
Nur Gusti Azizah, akrab dipanggil Gusti, nama pena Utikrad. Saat ini bekerja pada perusahaan swasta sebagai staf keuangan. Sederhana dan tidak neko-neko menjalani hidup, gemar membaca dan menulis sebagai apresiasi membahasakan diri (Dibaca: Pendiam). Bisa menjalin silaturahmi di facebook: Nur Gusti Azizah / al_zieyza@yahoo.co.id di twitter: @uti_dendron atau HP : 085776917697



Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba menulis resensi novel ‘12 Menit’ yang diselenggarakan oleh Nourabooks, periode 1 Juni 2013 s/d 30 Agustus 2013

0 komentar:

Posting Komentar