Selasa, 23 Juli 2013

“Ketika Maaf Mengalir Begitu Saja”

Untuk ayah dan ibuku. Setelah kepergian meninggalnya ibuku 7 tahun silam, dan kepergian ayahku 2 tahun silam. Ingin sekali aku teriak berontak, mengingat Allah begitu teramat sayang pada mereka. Hingga aku tak sempat banggakan diriku untuk mereka di dunia. Doa ku sepanjang hari, semoga sampai pada mereka yang di amanahkan oleh Allah, mereka telah melahirkan ku, memberi asupan gizi seimbang, mendidik ku sejak kecil hingga aku sebesar ini, merawat ku tak kenal lelah jika aku sakit, memberi perhatian teramat berlebih kepadaku. Ayah, Ibu terimakasih telah membuat ku berkarakter seperti sekarang ini. Ya Allah, izinkan aku menatap ayah ibu ku kelak di Jannah dan memohon maaf sebesar-besarnya kepada mereka. Maaf, jika dulu di dunia, aku sering membantah, mendustai, bahkan tak peduli ketika masih ada.

Untuk kakakku yang sekarang menjadi tulang punggung keluarganya, namun tetap masih memberi perhatian juga materi kepadaku. Aku mohon maafkan adik mu yang nakal ini kak. Maafkan adikmu yang sering merengek, manja, dan egois. Aku pernah menangis tersedu begitu pilu hingga membuat mu marah, karena aku sering merasa tidak diperhatikan olehmu. Selalu di nomor sekian kan ketimbang istrimu. Sungguh tidak pantas aku cemburu seperti itu. Maafkan aku, kak.

Untuk adikku yang paling ku sayang. Maafkan kakak, belum bisa menjadi kakak terbaik untukmu. Belum bisa selalu mendengarkan keluh kesal mu, belum mengerti mau mu. Terkadang, kakakmu ini seolah penguasa segala aturan yang selalu mengatur mu, dan membuatmu tertekan. Semata, hanya ingin kamu lebih baik dan terus menjadi yang terbaik di hadapan ku. Dan juga semata, sebagai bentuk kasih sayang kakak terhadap adik kecilmu. Meski, kelak engkau menjadi gadis yang beranjak dewasa, kakakmu akan selalu menganggapmu sebagai adik kecil yang masih perlu pengawasan dari ku. Maafkan, aku ya,dek.

Dan untuk kesemua teman-temanku di dunia nyata, ataupun yang hanya mengenalku di dunia semu, izinkan hutang, khilaf, lisan juga perbuatan yang telah ku goreskan melukai hati kalian, mohon diikhlaskan dan dibuka gerbang maaf untukku. Sebaik-baiknya kalian adalah yang ikhlas dan ridho memaafkan ku yang penuh dengan kefakiran ilmu dan kefakiran adab.

Semoga Ramadhan tahun ini segala amal dan ilmu bisa lebih baik dari tahun sebelumnya, dan semoga masih bisa dipertemukan bulan Ramadhan kembali.

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Annida-Online “Tunjukin Maaf Loe” periode 19 Juli 2013 s/d 9 Agustus 23:59 WIB

















Biodata penulis:

Nur Gusti Azizah, akrab dipanggil Gusti, nama pena Utikrad. Saat ini bekerja pada perusahaan swasta sebagai staf keuangan. Sederhana dan tidak neko-neko menjalani hidup, gemar membaca dan menulis sebagai apresiasi membahasakan diri (Dibaca: Pendiam). Bisa menjalin silaturahmi di facebook: Nur Gusti Azizah / al_zieyza@yahoo.co.id di twitter: @uti_dendron 

0 komentar:

Posting Komentar