Selasa, 22 April 2014

Indonesia Kata nya dan Kata ku



Merebaknya keterpurukan Indonesia dalam segala aspek, tentu seharusnya membuat para penghuni di dalamnya malu, dan merasa resah.  Indonesiaku, katanya negeri para bedebah, koruptor menjadi teladan dengan banyak pengikutnya, tidak ada kata jera bagi pelaku dan generasinya. Indonesiaku, katanya negeri para teroris, agama dikotak-kotakkan begitu simetris, sedangkan toleransi miris, ditanggalkan. Indonesiaku, katanya negeri tak bermoral, bagaimana mungkin seorang anak membunuh orang tuanya, atau sebaliknya. Ada pula urusan cinta, berbuah duka atas pembunuhan berencana yang dilakukan pemuda-pemudi yang seharusnya simbol generasi pengharum bangsa, nyatanya ? Juga yang muda yang miskin empati, baru-baru ini terkuak dan diperbincangkan dalam sebuah media sosial.

Indonesiaku katanya negeri miskin, yang miskin dilarang sakit, Kesehatan menjadi nilai mahal bagi mereka. Yang miskin juga dilarang sekolah. Segala fasilitas yang menjadi hak mereka, justru dipersulit.

Indonesiaku dengan segala katanya yang sering aku dengar di media ternyata memang fakta dan benar adanya. Ya, Media, sarana publikasi dan informasi, kurasa mereka sebagai pijar yang seharusnya lebih manusiawi dalam mengekspose. Karena, ada jutaan pasang mata yang akan melihat, ada jutaan telinga yang akan menyerap, dan ada jutaan pula yang akan berasumsi, lalu mereka terpuruk dalam neuron sensori atas informasi media yang secara tidak langsung bersikap persuasi untuk diikuti.

Dimana Indonesiaku, negeri Zamrud Khatulistiwa? Tidak ada sorotan media kah? Dimana para cerdas cendikia yang berasal dari pelosok, lalu muncul bersinar memukau di mata dunia. Katanya mereka tidak dihargai di Indonesia, mereka hijrah, pergi ke negeri yang menghargai kecerdasan. Dimana, kekayaan alam Indonesiaku, Tambang emas, timah,dan kekayaan hutan ? Katanya, banyak manusia-manusia astral di Indonesia yang berhasil meraupnya, menghabiskannya dan tak ingat anak cucu mereka. 

Dibalik hingar bingar katanya tentang Indonesia, aku tetap mencintai negeriku, mencintainya dengan segala hormat, tanpa perlu aksara nyata, Karena aku mencintai Indonesia disini, dengan asa dalam dada. Inilah caraku mencintai Indonesia, Indonesia menurutku.

 Kampus ini, Mengajarkanku Cara Berempati


Kampus BogorEduCARE
Berawal dari mendengar adanya program pendidikan gratis yang didirikan oleh sebuah yayasan dengan dipimpin oleh Bpk. A. Kalla, diperuntukkan khusus untuk dhuafa yang memiliki tekad dan semangat belajar, maka aku tak ragu kuliah disini, di Bogor EduCARE, tempat ku melepas masa SMA. Kuliah reguler, kala itu memberatkan orangtuaku. Sekolah kedinasan, tak menjadi peruntunganku. Berbekal tekad yang kuat, aku menjalani masa perkuliahan disini. Dan tahukah kalian? Jika tujuan kuliah disini hanyalah semata untuk pendidikan yang lebih baik, kurasa masih banyak tempat pendidikan lain yang bisa memberi. Ada banyak lebih, dari ilmu pendidikan formal, yang didapatkan disini. Rasa Empati, entah, semenjak kuliah disini, aku benar-benar merasakannya. Mulai dengan belajar bersama teman-teman yang notabene-nya sama denganku (berada dalam keterbatasan biaya), hanya tekad dan nekat sebagai modal dalam belajar, minimnya biaya tidak menyurutkan kami, maka empati itu selalu melekat bersama langkah-langkah ini. Dan, benar saja selepas kelulusan, berawal dari sini, aku benar-benar merasakan bahwa kampus ini menanamkan empati pada diriku, dan tentu bukan hanya diriku saja, tetapi bagi semua yang pernah merasakan kuliah disini.

Tak lupa akan kulitnya, beberapa lulusan seniorku, telah mendirikan satu buah PAUD di sekitar area kampus, dan sedang mendirikan rumah baca, mendidik sejak dini pentingnya membaca dengan menyediakan sarana gratis dan nyaman bagi mereka yang kurang mampu. Mereka patut diteladani.

Berlomba-lomba dalam kebaikan akan sirna jika tujuannya hanya untuk dedikasi popularitas sosial semata, terbukti mereka para seniorku dengan keikhlasan penuh, rasa empati yang begitu tinggi menjadikan setiap langkah mereka berjalan hingga saat ini. Meski kecil dan sederhana, tentu bernilai dan berarti bagi warga sekitar yang merasakan.

Kaki Piramid dari Senior dan Kampusku


Jika diibaratkan dalam sebuah multi level marketing, aku adalah kaki-kaki piramid yang berasal dari kampusku, sebagai induknya. Kampusku yang mengajarkan, bagaimana nikmatnya hidup, jika kita mulai berani berbagi. Karena kekayaan sesungguhnya yang dimiliki seseorang adalah bukan yang ia miliki, tetapi kekayaan sesungguhnya adalah yang mampu ia beri dan bagi untuk orang lain. Aku percaya itu. Berbekal dari ajaran yang ditanamkan oleh senior dan kampusku, maka aku mulai berani.

Aku memulainya dari sini, meski aku bukanlah pendiri organisasi, namun bersama mereka, aku ada, meski hanya belum mengabdikan diri secara langsung untuk mereka, aku bisa merasakan bahwa dengan tindakan nyata, sekecil apapun, meski tanpa disorot media, harapan untuk mereka, untuk Indonesia selalu ada.
  
Pohon Harapan

Asyiknya membuat pohon harapan
Mereka boleh saja bermimpi. Toh, tidak ada larangan untuk bermimpi setinggi-tingginya. Harapan mereka sederhana, tidak muluk-muluk, misalnya, bisa terus bersekolah, selalu bersama keluarga-keluarga tercinta, hidup bahagia, ingin ke luar negeri, ingin punya mobil, jadi presiden dan masih banyak mimpi-mimpi itu. Kalau bukan tangan-tangan kita yang bersedia peduli, siapa yang akan mewujudkan mimpi mereka tersebut?

Karena mereka adalah penentu, mau dibawa kemana Indonesia ini akan melaju. Sudahkah anda memanusiakan mereka? Bibit-bibit yang akan tumbuh, entah tumbuh subur dan menjulang tinggi atau justru tumbuh layu dan mati sebelum waktunya karena keadaan dan kondisi. Yayasan Jembatan islam, begitulah kami menamai, dari orang-orang peduli yang mungkin memiliki latar belakang keterbatasan yang sama, dahulu, membuat yayasan ini menjadi ada, dan berjalan begitu menyenangkan.


Kegiatan Rutin Kami

Setiap hari minggu, di daerah sekitar Kampung Coblong, Sukakarya, Megamendung, Bogor , kami mendirikan kegiatan belajar mengajar non formal, siapa saja boleh ikut serta. Belajar mengenal letak geografis Indonesia, Belajar bersama turis mancanegara, belajar mengenal rasa nasionalisme, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan seru bersama mereka. Waktu selalu berjalan lebih cepat dari biasanya melihat semangat-semangat mereka. Celoteh ringan, lucu, dan cerdas terlontar begitu saja lewat perkataan mereka yang polos. Melepas penat, setelah lelah bekerja selama puluhan jam selama lima hari, membuat pertemuan ku dengan mereka adalah kenikmatan yang tak ternilai oleh apapun.

Selalu Ceria dan Semangat












Belajar seru, tentang peta Indonesia














Learning english with Mr. Vincen


























Indonesiaku, katanya terpuruk, miskin, dan menderita, Namun Indonesia bagiku bisa kembali dan perlahan lebih baik, jika kita yang merubahnya. Memiliki sifat empati dan mau berbagi adalah kunci menjadi manusia sosial yang sukses. Dengan Blog ini semoga menjadi media tulis yang dapat dilihat banyak orang. Melalui Blog ku dan BLOGdetik, aku berharap, setidaknya ada banyak mata yang melihat bahwa ada tangan-tangan kecil, kaki-kaki kecil dengan jumlah yang tak banyak sedang berusaha memperbaiki Indonesia dengan cara-caranya sendiri. Mendirikan sekolah gratis, adanya yayasan peduli, rumah baca, dan ku harap masih banyak tangan dan kaki kecil itu menyatu. Agar semua dapat berseru, Indonesia Move-On.



Sumber Gambar:
Dokumentasi pribadi

2 komentar: