Selasa, 25 Desember 2018

Terimakasih 2018

Flashback dulu sedikit, Tulisan ini cuma buat ingetin aja sih, Remind my self aja. Dan beberapa Goals duniawi yang udah di capai.

2015: Menikah
2016: Lahiran,punya anak ganteng,cerdas, sehat, alhamdulillah
2017: Motor lunas.
2018: ini mau diceritain sih,soalnya panjang.


Jadi 2018, benar-benar yang rasanya kok ya mengatur uang itu susah banget per Januari kami berjuang sampai Desember ini.  Saya ibu pekerja yang punya penghasilan dari gaji tiap bulannya, pun sama dengan suami saya. Ga punya usaha apapun, jadi ya pemasukan ngandelin dari gaji bulanan. Dan Desember 2017, kami ditawari kakak saya untuk membeli rumahnya, nyicil, tanpa bunga jadi ga kena riba ya, Alhamdulillah. Tapiii disinilah titik perjuangannya.


Setelah dihitung-hitung bakalan banyak pos keuangan yang harus kami keluarkan, dari yang biasanya. Tapi cukup sih, ngepas deh, ga ada lebihnya pisaaan (lebihnya untuk biaya kondangan, atau servis motor), Karena kami berdua orangnya emang nekat, diterimalah ya, karena semakin besar anak kami, jika hanya mengontrak, dan ga punya warisan apa-apa,  sudah selayaknya kami sebagai orang tua harus bertanggungjawab. Bismillah banget waktu itu.

Dan ya benar saja,   Listrik yang biasanya kontrakan hanya Rp. 100.000, tiap bulan, naik dua kali lipat jadi Rp. 200.000. Bayar ngasuh anak karena dulu tinggalnya di dekat pabrik jadi masih murah, dan sekarang biaya bayar pengasuh pun dua kali lipatnya dengan ditambah uang jajan, sembako, dan tentu kami harus paham biaya tinggal di kota tidak sama dengan biaya di perkampungan. Tak lupa biaya bensin untuk transport karena jarak rumah dan tempat saya bekerja jadi semakin jauh dong ya. Yuhuw. Mantap.

Disaat kami, sedang tertatih dalam segi keuangan, ujian kesabaran bernama nyinyiran dari saudara pun bermunculan.

Duh ya, rasanya pengen lari ke antartika aja, biar ga ngajak gelut. Haha. Padahal biaya memberi orang tua dan biaya sedikit untuk sekolah adik saya sudah saya postkan khusus, ya memang segitu adanya kemampuan kami, daripada tidak memberi sama sekali kan ya.

Padahal kami sebisa mungkin, tidak menyusahkan siapapun dalam segi uang termasuk saudara, meskipun kami sedang dalam kesusahan. Prinsip yang sama dengan suami, bukan maksud kami sombong, tapi bagi kami meminta atau meminjam sama saja menjatuhkan harga diri kami sebagai orang tua. Pernah semaleman sengaja gak makan, bukan karena diet, tapi karena beras habis, dan uang pun habis, Hingga menanti dengan sabar kucuran dana melalui ATM saat gajian.

Jadi lebih rajin masak menjadi salah satu upaya penghematan luar biasa , meskipun kadang pengen juga sih sesekali makan diluar yang ga tertahankan. Dan akhirnya berujung dengan penghematan kembali. Haha.


Alhamdulillahnya di 2018 ini, kami diberi kesehatan yang alhamdulillah bangeeeet. Kalaupun kami sakit, atau anak kami sakit, ada BPJS yang lumayan meringankan untuk berobat, ya meskipun biaya diluar obat itu gak gratis ya, kayak harus banyakin makan buah, Beli suplemen dan vitamin juga kan pake duit belinya.

Lagi sensi banget nih sama duit. Maafkan. Tapi dibalik itu semua, 2018 tetap memberikan kenanganya buat kami.

Perkembangan Alif yang luar biasa cepet, pinter ngomong, daya ingat yang kuat, superaktif, peka banget kalau ibunya capek, penyayang meski kadang suka galak. Moment ini gak akan bisa diulang kan, Alif menjadi muara kebahagiaan kami.

Dan di Penghujung tahun ini pun, saya seneng banget bisa menang beberapa lomba menulis, yang meskipun hadiahnya ga semewah dapet ipad, Tapi dengan tetap menulis, berarti saya masih dalam kondisi waras aman terkendali.

Tahun ini, Tetap menjadi tahun yang membahagiakan buat kami bertiga, Saya, Alif, My Husband. May Allah always Guide us.

Terimakasih, 2018.


0 komentar:

Posting Komentar